Skip to main content

Selamat Ulang Tahun, Aku!


Tadi pagi aku sempat bengong beberapa detik karena kaget mendapat pesan whatsapp dari seseorang. "Selamat ultah baaak, semoga panjang umuuuur dan selalu bahagiaaaa. Sehat2 neng kono yo baak" begitulah pesan yang ia kirimkan. Pesan singkat dari Dwi, adik kandungku.

Terlepas dari pandangan masing-masing orang mengenai ulang tahun, aku menikmati dan menerima semua itu. Misal dalam kalimat yang adikku kirim di atas, jujur, aku terharu. Aku sangat terharu mendapat kiriman doa-doa dari seorang anak SMP pejuang UN hahaha. Ya, aku mengamini doa yang dikirimkannya itu. :")
Di dalam kalimat yang dikirimkan seseorang di hari ulang tahun, menurutku terselip doa-doa baik yang patut untuk diamini. Seperti yang dilakukan oleh adikku misalnya.

Aku pun juga masih sering melakukan kebiasaan ini. Memberi ucapan dan doa kepada rekan atau kerabatku yang sedang berulang tahun. Hal ini aku lakukan dengan harapan agar..... agar apa ya? Aku juga tidam tahu agar apa. (Ya namanya juga harapan)

Tidak ada doa yang salah. Di sana ada pengharapan. Pengaharapan kepada Yang Maha Kuasa atas segala hal. Seperti yang pernah diucapkan oleh orang pada umumnya misal, bahwa doa berfungsi untuk menjinakkan segala sesuatu yang tidak bisa kita kendalikan. Asik.

Pada kalimat yang dikirim adikku, aku melihat bahwa dia menggantungkan harapan pada Rabbnya untuk selalu memberikanku kesehatan. Berharap kepada Rabbnya agar selalu memberikanku kebahagiaan. Ya mungkin adikku sudah sangat paham bahwa mbaknya ini jarang bahagia wkwkwkwkwk. Hehe nggak deng. Maaf Ya Allah....

Ulang tahun, di dalamnya terdapat seni dalam menguntai doa dan harapan..
Sebagian orang mengatakan bahwa ulang tahun adalah momen seseorang untuk lebih wawas diri. Mungkin bisa juga dikatakan sebagai evaluasi. Evolusi? Evakuasi? Eva Dewi Mutmainah?...?...? Sebentar sebentar, ini kenapa jadi membahas Eva Dewi Mutmainah? Hmm sepertinya kenal.

Mau berulang kali ulang tahun, ingatlah cuy, bahwa usia semua orang itu terbatas. Sehingga, percuma usia bertambah (atau berkurang atau apa pun itu penyebutannya), jika tidak diisi dengan hal-hal yang positif. Hehehehehehe.

Comments

Popular posts from this blog

Tamu 9 Jam

Mereka telah tiba di depan kos putri berwarna hijau toska. Di depannya dihiasi pagar dengan warna senada. Bangunan itu masih terlihat berduka. Oman mematikan mesin motornya dan memandangi wajah kekasihnya, Lail, yang sudah turun lebih dulu. Ia sengaja hanya memakirkan motornya di depan gerbang kos karena harus segera pulang. Sebelum Lail masuk ke dalam kos, seperti biasa, Oman membekalinya dengan berbagai janji-janji manis yang berakhir membusuk. Tetapi meski pun demikian, Lail tetap sangat mencintainya. Sudah hampir sembilan bulan ini Lail sedang menjalani program magang menjadi budak cinta. “Makasih ya babs buat hari ini, buat sharing buku yang sangat mengesankan. Walau pun kamu pengangguran, rasa cintaku ke kamu tetap berhamburan hehe”. Rona pipi Lail mulai memerah seperti punggung Angling Dharma setelah dikerokin. “Ngomong apa sih kok kayak orang tolol?” balas Oman pada sang kekasih. Lail melangkahkan kakinya memasuki kos. Sementara Oman menyalakan motornya kemudian pu

Ras

Ada dua kemungkinan yang akan kita temui dalam hidup: negasi dan konfirmasi. Dari dua kemungkinan itu kita dapat memilih antara ya dan tidak, semisal menyenangkan dan tidak menyenangkan. Bertemu dengan orang baru merupakan hal yang menyenangkan, setidaknya begitulah kata seorang teman. Seorang teman yang lain pernah mengatakan juga bahwa bertemu dengan orang baru hanya akan menambah daftar orang yang akan membencinya. Tentu saja ini menjadi negasi dari hal yang menyenangkan ketika bertemu dengan orang baru. Dari pernyataan kedua temanku tadi, doaku ketika bertemu dengan orang baru tidak pernah berubah: “Ya Allah, semoga dia bukan orang selanjutnya yang akan aku benci hingga hari pembalasan”. Aku setuju pada salah satu dari pernyataan temanku tadi: bertemu dengan orang baru merupakan hal yang menyenangkan (tentunya ini akan terwujud apabila syarat-syaratnya telah dibayar lunas). Altman dan Taylor mengibaratkan manusia seperti bawang merah. Jika kita mengupas kulit terluar bawang, mak

Matahari yang Bangun Tidur Kesorean

Minggu, akhir pekan yang selalu dinanti-nanti oleh sebagian orang untuk merebahkan badan setelah melakukan rutinitas padat selama satu pekan. Tidak hanya orang-orang yang ingin beristirahat dari kesibukan, namun matahari di langit desaku pun juga. Matahari yang setiap hari menjadi perbincangan ibu-ibu, kini tak menampakkan teriknya sejak tadi pagi. Mungkin matahari lelah atau tadi malam bergadang panjang sehingga belum bangun dan malu untuk memperlihatkan diri. “Jam segini baru bangun??” tentunya matahari tak ingin mendapatkan pertanyaan itu dari ibu-ibu di desaku. Sejuk udara di hari Minggu ini, membuat adikku berulang kali mengatakan bahwa udaranya terasa sangat segar. “Mbak udaranya segar sekali ya” kalimat yang diucapkkan adikku sebagai pujian hari libur kali ini. Dia mengucapkan kalimat itu sekali lagi, lagi, dan lagi hingga rasanya aku ingin men-silent adikku. Namun kuurungkan niat itu mengingat memang begitulah ujian di bulan puasa. Aku duduk di halaman samping rumah