Skip to main content

Posts

Showing posts from 2019

(tanpa judul)

“Kalau ternyata hal buruk yang dibayangkan terjadi, sedihnya ganda dong?” tanyamu kala itu ketika aku membahas mengenai negative thinking pada buku Filosofi Teras. ……….. Sekarang sedihnya benar-benar terasa double. Tidak pernah dicita-citakan tetapi menjadi kenyataan. Melihatmu benar-benar pergi (sebenarnya aku jijik sekali dengan diksi satu ini). Setelah ini akan banyak kebudayaan yang hilang di antara kita. Tidak akan ada lagi orang yang menanyakan hal-hal random, yang membuatku kesal, tapi selalu menjadi candu. "Emang tujuan masak biar apa?" Tanyamu. Tidak akan ada lagi yang mengeluhkan "rambutku apa direbonding aja ya, bosan kribo" tanyamu juga, dan semakin ke sini aku semakin tahu bahwa wacana potong rambut tidak pernah terwujud, setidaknya sampai sekarang. Iya kan? Dan pertanyaan-pertanyaan template lainnya seperti "Kangen siapa?", "Mukbang itu apa sih?". Di awal farewell dulu, kamu menanyakan apakah aku akan pulang duluan sama

Ice Breaking

Dia di hadapanmu Kamu di hadapannya Kalian duduk Dia memandangimu Kamu memandanginya Hening Sendok yang kamu pegang terjatuh Grombyang Dia melihat sendok itu Kamu melihat sendok itu Kalian saling memandang Tersenyum Tertawa Hahaha

Tamu 9 Jam

Mereka telah tiba di depan kos putri berwarna hijau toska. Di depannya dihiasi pagar dengan warna senada. Bangunan itu masih terlihat berduka. Oman mematikan mesin motornya dan memandangi wajah kekasihnya, Lail, yang sudah turun lebih dulu. Ia sengaja hanya memakirkan motornya di depan gerbang kos karena harus segera pulang. Sebelum Lail masuk ke dalam kos, seperti biasa, Oman membekalinya dengan berbagai janji-janji manis yang berakhir membusuk. Tetapi meski pun demikian, Lail tetap sangat mencintainya. Sudah hampir sembilan bulan ini Lail sedang menjalani program magang menjadi budak cinta. “Makasih ya babs buat hari ini, buat sharing buku yang sangat mengesankan. Walau pun kamu pengangguran, rasa cintaku ke kamu tetap berhamburan hehe”. Rona pipi Lail mulai memerah seperti punggung Angling Dharma setelah dikerokin. “Ngomong apa sih kok kayak orang tolol?” balas Oman pada sang kekasih. Lail melangkahkan kakinya memasuki kos. Sementara Oman menyalakan motornya kemudian pu

Ras

Ada dua kemungkinan yang akan kita temui dalam hidup: negasi dan konfirmasi. Dari dua kemungkinan itu kita dapat memilih antara ya dan tidak, semisal menyenangkan dan tidak menyenangkan. Bertemu dengan orang baru merupakan hal yang menyenangkan, setidaknya begitulah kata seorang teman. Seorang teman yang lain pernah mengatakan juga bahwa bertemu dengan orang baru hanya akan menambah daftar orang yang akan membencinya. Tentu saja ini menjadi negasi dari hal yang menyenangkan ketika bertemu dengan orang baru. Dari pernyataan kedua temanku tadi, doaku ketika bertemu dengan orang baru tidak pernah berubah: “Ya Allah, semoga dia bukan orang selanjutnya yang akan aku benci hingga hari pembalasan”. Aku setuju pada salah satu dari pernyataan temanku tadi: bertemu dengan orang baru merupakan hal yang menyenangkan (tentunya ini akan terwujud apabila syarat-syaratnya telah dibayar lunas). Altman dan Taylor mengibaratkan manusia seperti bawang merah. Jika kita mengupas kulit terluar bawang, mak

Dia dan Ketangguhannya

Aku masih melihat dia di sana, berdiri beberapa meter di depan rumahnya, di pinggir jalan. Rumah itu menghadap ke arah jalan dan dihiasi tanaman pagar yang mengelilingi. Dia masih terlihat muram sama seperti saat pertama kami berpapasan. Pasalnya ini bukan kali pertama aku melihat dia berdiri di depan rumahnya dengan raut wajah yang lesu, melainkan setiap hari. Dari Senin hingga Senin ku melewati rumahnya, aku selalu melihat dia dengan pandangan jauh entah kemana. Murung, lesu, lusuh, dan berselimut debu. Di pagi hari ia sudah berada di sana. Siang hari pun juga. Bahkan sore kemarin aku masih saja melihatnya dengan keadaan yang sama, benar-benar berdiri tepat di titik yang kemarin. Berdiri dengan pandangan lesu sepanjang hari. Benar-benar hobi yang tidak menjanjikan, pikirku. Sering aku berniat untuk menyapanya atau bahkan mampir dan berbincang lalu kemudian menanyakan mengenai hobinya yang langka itu. Namun selalu kuurungkan. Pernah di suatu hari juga aku sangat tidak tega meli

Berkunjung ke Desamu

Ku ambil kunci motor di meja kamarku. Kemudian aku berdiri sekali lagi di depan cermin memandangi sesosok perempuan yang tentu saja adalah diriku sendiri. Tidak ada yang salah dengan outfit itu, kulot hijau, kaos putih, dan kerudung abu-abu. Sekali lagi aku memperhatikan penampilanku. Dan ya, setiap kali melihat cermin yang berada di lemari kamarku, aku selalu tersenyum tipis melihat satu nama yang tertulis di stiker lemariku; namamu. Sore itu aku dan ibuku akan pergi ke pasar sore yang terletak di desamu. Kata ibuku, pasar sore di desamu selalu ramai pengunjung yang tengah sibuk menyiapkan hidangan berbuka puasa. Oh ya jelas saja ibu, jika sepi pasti bukan pasar namanya melainkan turnamen catur, pikirku. "Nanti ke pasar sore yuk" ajak ibuku saat siang Ramadan kala itu. Setelah siap, kami pun berangkat. Meter demi meter jalan ku lalui dengan sesekali mendengarkan pertanyaan-pertanyaan ibuku yang terdengar sayup-sayup. Rasanya waktu itu ingin ku jawab saja "haha

Bunga Tidur

Tanpa melakukan apa pun, Dea langsung saja merebahkan badannya di tempat tidur. Setelah menempuh perjalanan selama tiga jam, anggota KKN itu telah sampai pada sebuah desa tujuan. Meskipun terdapat banyak rumah, desa itu tetap terlihat sepi seperti tak berpenghuni. Suara gemericik air sungai dan pohon-pohon besar menambah kesan mistis di desa itu. Rumah yang akan ditempati Dea bersama delapan orang temannya benar-benar berada jauh dari keramaian. Untuk sampai pada rumah itu, Dea dan beberapa temannya harus melewati jalan setapak yang menanjak serta bebatuan.  Dalam satu bulan ke depan, rumah itu akan menjadi posko tempat tinggal Dea dan beberapa temannya. Dea dan keempat temannya telah sampai pada desa itu terlebih dahulu sementara empat teman lainnya akan tiba di hari kedua karena masih menyelesaikan urusan di kampus. Kedatangan lima anggota KKN itu disambut baik oleh Kepala Desa beserta istrinya, bapak pemilik posko dan juga beserta istrinya. Setelah selesai menyampaikan maksud d

Matahari yang Bangun Tidur Kesorean

Minggu, akhir pekan yang selalu dinanti-nanti oleh sebagian orang untuk merebahkan badan setelah melakukan rutinitas padat selama satu pekan. Tidak hanya orang-orang yang ingin beristirahat dari kesibukan, namun matahari di langit desaku pun juga. Matahari yang setiap hari menjadi perbincangan ibu-ibu, kini tak menampakkan teriknya sejak tadi pagi. Mungkin matahari lelah atau tadi malam bergadang panjang sehingga belum bangun dan malu untuk memperlihatkan diri. “Jam segini baru bangun??” tentunya matahari tak ingin mendapatkan pertanyaan itu dari ibu-ibu di desaku. Sejuk udara di hari Minggu ini, membuat adikku berulang kali mengatakan bahwa udaranya terasa sangat segar. “Mbak udaranya segar sekali ya” kalimat yang diucapkkan adikku sebagai pujian hari libur kali ini. Dia mengucapkan kalimat itu sekali lagi, lagi, dan lagi hingga rasanya aku ingin men-silent adikku. Namun kuurungkan niat itu mengingat memang begitulah ujian di bulan puasa. Aku duduk di halaman samping rumah

Nikmatnya Menunda Skripsian

Bagi beberapa orang, lulus kuliah (tepat waktu) menjadi sebuah target tahunan yang harus dibayar lunas. Tahun ini aku berhasil melunasi salah satu target tahunan itu (yang mana target tahun kemarin dan kemarinnya lagi wk) dengan masa studi hanya dua tahun (lebih dua puluh sembilan bulan). Sebenarnya sedikit kecewa dengan diriku sendiri karena kelulusan yang hanya dua tahun (lebih dua puluh sembilan bulan) tersebut termasuk ngaret puooool. Banyak hal yang menyebabkan skripsi tak kunjung selesai seperti menunda, menunda, menunda, dan menunda. Aku heran padahal di jurusanku tidak pernah mewajibkan mahasiswanya untuk ikut program Keluarga Berencana (???) tapi mengapa aku senang menunda. Ada hal lain yang juga termasuk dalam penyebab tak kunjung selesainya sebuah skripsi, seperti: sering ganti judul, jarang bimbingan, diPHP informan, alamat palsu dan melonjaknya harga bawang putih menjelang bulan Ramadan. Namun dari sekian penyebab-penyebab tersebut, menurutku menunda mengerjakan skr

Akhir Pekan tanpa Skripsian

Weekend kali ini berbeda dengan weekend-weekend sebelumnya. Jika sabtu-sabtu yang lalu aku mengisinya dengan skripsian, maka sabtu ini aku sudah tidak lagi mengotak-atik tugas sakral yang sangat aku banggakan itu. Pasalnya tugas mulia itu sudah selesai ku kerjakan bulan lalu. Ya mau bagaimana lagi, kan skripsinya sudah selesai. Hehe99x. Udara pagi ini terasa sangat sejuk dan bersih. Pepohonan dan kebun terlihat jernih. Di depan kontrakanku terdapat kawanan burung yang sedang berkicau dengan riang. Di tempat yang sama, sekelompok ayam milik tetangga sedang mengais tanah. Aku tidak tahu apa maksud mereka yang sebenarnya. Apakah mereka sedang mencari butiran-butiran beras yang jatuh atau karena kaki mereka sedang gatal? Sabtu yang begitu jernih. Langit terlihat begitu artistik dengan hamparan awan yang menghiasi. Mungkin Tuhan sedang mengisi weekend dengan melukis di langit luas. Perpaduan warna langit, hamparan awan, serta pepohonan yang segar semakin melengkapi suasana S

Pak Dekan di Fakultasku

Aku akan menceritakan tentang beliau, Dekan di Fakultasku. Dulu kali pertama bertemu dengan beliau, aku masih berada di semester 6. Waktu itu aku dan teman-teman Public Relationsku sedang sibuk mempersiapkan seminar ke-EO-an, dan beliau menjadi salah satu pengisi acara dalam kegiatan kami. Kali pertama bertemu beliau, ketika aku meminta tapak asmo untuk surat acara kegiatan kelasku. Kesan pertama yang ku dapat, beliau humble . Usut punya usut ternyata beliau ini juga orang Sumsel. Huwaa aku bertemu dengan tetanggaku. Aku tidak sendirian huwaaaa. Lalu kami pun berbincang menggunakan bahasa daerah kami. Waktu itu aku penasaran dan langsung ngepoin beliau, Sumselnya di mana, dll. Rupanya beliau ini aslinya orang Pontianak yang memperistri orang Sumsel. Ciyeee bapak. Memang begitulah guys , kalau sudah jodoh, walau lun terpisah dengan pulau-pulau pasti akhirnya akan ketemu juga. Muehehehe. Dalam obrolan kami ketika itu, beliau berpesan untuk memperluas pertemanan agar pengalaman

Warna-warni Pendaftaran Wisuda

Aku dan sobat piscesku, Wiwik akhirnya sampai pada tahap  wisuda pusat/institut. Setelah dari pagi sibuk kesana kemari urus-urus ini itu, alhamdulillah nyampe juga nih kaki nginjekin di lantai rektorat buat daftar wisuda. Sepanjang jalan, aku dan sobat piscesku ini hanya solawatan dan berdzikir. Masya Allaaaah. Lagian kan kepada siapa lagi kami ini mencari backingan selain kepada Allah, asik. Seperti sebelumnya-sebelumnya juga, aku bertemu dengan jamaah KPI'14 namun dengan jumlah anggota lebih sedikit; Rahma, Salim, Simbah, Jul, Yogi, dan Adji. Mungkin dalam waktu dekat mereka akan membuat grup apalah-apalah. Aku heran, kenapa di mana-mana ada mereka? Lalu kami pun menggelar aqiqahan di depan subbag akademik pusat. Hehe ngga deng. Kami pun sharing-sharing sembari menunggu nomor antrian. Dalam hematku, alur pendaftaran wisuda ini seperti layaknya kita menyelesaikan sebuah game/misi. Nah, jika kita sudah sampai pada tahap pendaftaran wisuda institut, berarti sudah pada

Selamat Ulang Tahun, Aku!

Tadi pagi aku sempat bengong beberapa detik karena kaget mendapat pesan whatsapp dari seseorang. " Selamat ultah baaak, semoga panjang umuuuur dan selalu bahagiaaaa. Sehat2 neng kono yo baak " begitulah pesan yang ia kirimkan. Pesan singkat dari Dwi, adik kandungku. Terlepas dari pandangan masing-masing orang mengenai ulang tahun, aku menikmati dan menerima semua itu. Misal dalam kalimat yang adikku kirim di atas, jujur, aku terharu. Aku sangat terharu mendapat kiriman doa-doa dari seorang anak SMP pejuang UN hahaha. Ya, aku mengamini doa yang dikirimkannya itu. :") Di dalam kalimat yang dikirimkan seseorang di hari ulang tahun, menurutku terselip doa-doa baik yang patut untuk diamini. Seperti yang dilakukan oleh adikku misalnya. Aku pun juga masih sering melakukan kebiasaan ini. Memberi ucapan dan doa kepada rekan atau kerabatku yang sedang berulang tahun. Hal ini aku lakukan dengan harapan agar..... agar apa ya? Aku juga tidam tahu agar apa. (Ya namanya

Layli

"Iya, beliau sangat baik" kata Pak Anas pada suatu hari. Kalimat itu beliau katakan ketika mengetahui bahwa salah satu informan dalam penelitianku adalah rekannya sendiri. Dalam hal ini, aku mengamini alias setuju bahwa informan tersebut memang sangat baik. Ngomongin orang baik, di awal tahun 2019 ini aku dibuat terharu-haru oleh semesta karena kebaikan orang-orang di sekitarku. Yang ku bahas kali ini adalah, Layli. La, kalo kamu baca tulisan ini, tolong aku dibeliin perkebunan teh apa kopi gitu ya La. Soalnya I love earth hihihihihihi. Layli, orang yang mulai ku kenal ketika dulu sama-sama dalam kepengurusan HMJ. Orangnya hangat (apa karena sering sarapan api unggun?), nggak sombong, dan solutif. Tapi di beberapa kesempatan, sifat baiknya ketutup dengan kegesrekan yang dipunya. "Untung canteeq" kata nitizen -_- Skripsian mengantarkanku untuk membagi sambat alias keluh kesah pada dia ini. Berada dalam bimbingan dosen yang sama, membuat kami saling bertukar

Gabut Mahasiswa Semester Old

Aku dan roommate -ku, Eva, beniat untuk menjamu sebuah kejenuhan yang sekian hari ini melanda pikiran kami. Diiringi udara Solo di malam hari yang semakin menggigit, rasanya aku ingin balas menggigit (hah?). Sementara aku dan Eva, semakin menciut bagaikan ikan asin yang sudah tidak asin karena dihembus angin malam ini. Aduh, jadi ingat lagunya Andika Kangen Band heuheuehu. Pukul setengah delapan malam... "Va keluar yuk" ajakku pada Eva. Setelah selesai merevisi skripsi (huwaaa huks huks), kami memutuskan untuk nyilir . Ya kami ini memang tak tahu diri, sudah tau sedang flu tapi masih saja memutuskan untuk keluar rumah. Setelah bingung memutuskan untuk nongkrong di mana, kami pun bersepakat untuk nyilir di hik di pinggir jalan sana. Hik ini selalu ramai dengan pengunjung. Ya wajar saja, cemilan-cemilannya sangat yummy dan menawarkan banyak pilihan. Aku jadi ingin penasaran, pernah nggak ya hik di sini diterpa isu miring seperti "pasti pake air liur jin tuh