Skip to main content

Mengisi Imlek ala Mahasiswa Tingkat Akhir

Ngomongin hari libur, aku jadi teringat kalimat yang pernah diucapkan oleh salah satu sobat karibku yang bernama Aiq "bagi mahasiswa tingkat akhir, everyday is sunday". Tapi memang ada benarnya juga karena bagi kami yang BELUM LULUS-LULUS ini (huwaaa 😭), kami sudah tidak ada lagi tanggungan untuk mengikuti perkuliahan alias tinggal NYELESEIN SKRIPSI (huwaaa 😭). Benar saja, bagi kami, slogan (hah slogan?) everyday is sunday tadi diisi dengan mengerjakan skripsi (harusnya sih gitu 😭).

Tapi hari libur kali ini berbeda. Bukan hanya karena perkuliahan yang sudah selesai atau everyday is sunday tadi, melainkan libur kali ini dipersembahkan oleh tahun baru Imlek. Seperti perayaan Imlek sebelum-sebelumnya, Solo (nama kota yang kutinggali sekarang dan bukan single nya Jennie Blackpink, fyi aja) selalu memasang banyak lampion di kawasan Pasar Gede.  Ya walaupun kebijakan pemasangan lampion ini kabarnya sempat diprotes oleh sebuah ormas dikarenakan beberapa hal (yaaaang menurutku agak hehe adadeh).

Ok mari kita sejenak melupakan soal perlampionan dan kembali melanjutkan sesuatu yang perlu dilanjutkan. O ya, kalian kalau libur nasional gini biasanya ngapain aja sih? Wah boleh dong dishare pengalamannya di kolom komen h3h3. Nah kalau kami biasanya menghabiskan waktu libur dengan (((skripsian))) tidak ngapa-ngapain. Ya mau gimana lagi lah ya namanya juga hari libur. Ya Allah maaf ya Allah bukannya bermaksud kufur nikmat tapi ya gituloh susah jelasinnya :(((

Karena kegelisahan ini akhirnya aku dan beberapa sobat karibku memutuskan untuk berdiskusi. Berdiskusi tentang "enaknya ngapain ya". Berdiskusi di teras kontrakan kami, seperti biasa. Hujan semakin deras mengguyur sementara ide tak kunjung mengguyur. YA ALLAH INI MAU NGAPAIN YA ALLAH BINGUNG. Hati kecil kami sebenarnya mengatakan "udahlah skripsian aja" namun langkah ini begitu berat. Setelah berdiam diri beberapa saat karena hujan yang semakin deras, kami memutuskan untuk kembali masuk ke kontrakan dan melanjutkan (((skripsian))) bengong yang sempat tertunda.

Ngomongin Imlek, satu yang paling menarik perhatianku adalah pertunjukan barongsai. Dulu ketika Taman Sriwedari belum tinggal kenangan, aku selalu menyempatkan hadir untuk melihat pertunjukan barongsai di sana. Melihat para barongsai itu menari-nari dengan diiringi musik yang khas, diriku selalu terperangah dan berdecak kagum. Sempat terpikir untuk memutuskan memelihara barongsai namun rasanya ini sangat tidak etis dan ngaco.

"Gimana kalo kita magang jadi barongsai aja?" tanyaku pada sobat karibku sembari menunggu hujan reda sore ini.

Comments

Popular posts from this blog

Tamu 9 Jam

Mereka telah tiba di depan kos putri berwarna hijau toska. Di depannya dihiasi pagar dengan warna senada. Bangunan itu masih terlihat berduka. Oman mematikan mesin motornya dan memandangi wajah kekasihnya, Lail, yang sudah turun lebih dulu. Ia sengaja hanya memakirkan motornya di depan gerbang kos karena harus segera pulang. Sebelum Lail masuk ke dalam kos, seperti biasa, Oman membekalinya dengan berbagai janji-janji manis yang berakhir membusuk. Tetapi meski pun demikian, Lail tetap sangat mencintainya. Sudah hampir sembilan bulan ini Lail sedang menjalani program magang menjadi budak cinta. “Makasih ya babs buat hari ini, buat sharing buku yang sangat mengesankan. Walau pun kamu pengangguran, rasa cintaku ke kamu tetap berhamburan hehe”. Rona pipi Lail mulai memerah seperti punggung Angling Dharma setelah dikerokin. “Ngomong apa sih kok kayak orang tolol?” balas Oman pada sang kekasih. Lail melangkahkan kakinya memasuki kos. Sementara Oman menyalakan motornya kemudian pu

Ras

Ada dua kemungkinan yang akan kita temui dalam hidup: negasi dan konfirmasi. Dari dua kemungkinan itu kita dapat memilih antara ya dan tidak, semisal menyenangkan dan tidak menyenangkan. Bertemu dengan orang baru merupakan hal yang menyenangkan, setidaknya begitulah kata seorang teman. Seorang teman yang lain pernah mengatakan juga bahwa bertemu dengan orang baru hanya akan menambah daftar orang yang akan membencinya. Tentu saja ini menjadi negasi dari hal yang menyenangkan ketika bertemu dengan orang baru. Dari pernyataan kedua temanku tadi, doaku ketika bertemu dengan orang baru tidak pernah berubah: “Ya Allah, semoga dia bukan orang selanjutnya yang akan aku benci hingga hari pembalasan”. Aku setuju pada salah satu dari pernyataan temanku tadi: bertemu dengan orang baru merupakan hal yang menyenangkan (tentunya ini akan terwujud apabila syarat-syaratnya telah dibayar lunas). Altman dan Taylor mengibaratkan manusia seperti bawang merah. Jika kita mengupas kulit terluar bawang, mak

Matahari yang Bangun Tidur Kesorean

Minggu, akhir pekan yang selalu dinanti-nanti oleh sebagian orang untuk merebahkan badan setelah melakukan rutinitas padat selama satu pekan. Tidak hanya orang-orang yang ingin beristirahat dari kesibukan, namun matahari di langit desaku pun juga. Matahari yang setiap hari menjadi perbincangan ibu-ibu, kini tak menampakkan teriknya sejak tadi pagi. Mungkin matahari lelah atau tadi malam bergadang panjang sehingga belum bangun dan malu untuk memperlihatkan diri. “Jam segini baru bangun??” tentunya matahari tak ingin mendapatkan pertanyaan itu dari ibu-ibu di desaku. Sejuk udara di hari Minggu ini, membuat adikku berulang kali mengatakan bahwa udaranya terasa sangat segar. “Mbak udaranya segar sekali ya” kalimat yang diucapkkan adikku sebagai pujian hari libur kali ini. Dia mengucapkan kalimat itu sekali lagi, lagi, dan lagi hingga rasanya aku ingin men-silent adikku. Namun kuurungkan niat itu mengingat memang begitulah ujian di bulan puasa. Aku duduk di halaman samping rumah