Skip to main content

Sidang Munaqosyah Temanku

(Sebenarnya aku ingin tidur)

Dulu Mba Desi Alawiyah pernah bilang bahwa sidang skripsi adalah sebuah perayaan panen ilmu. Tentu saja yang akan memanen ilmu ngga cuma si peneliti tetapi juga audiens yang ikut berpartisipasi di ruang sidang. Walau pun yang namanya panen, ada yang panennya melimpah atau sebaliknya. Tapi mau gimana pun hasil panennya, aku tetap senang. Ya aku sangat senang sekali menghadiri sidang skripsi.*

Btw.. Hari ini Wiwik munaqosyah, setelah kemarin Eva yang duluan melaksanakan sidang munaqosyah. Beda dari yang ku pikirkan, munaqosyahnya Wiwik ngga sehoror dari munaqosyahnya Eva. Fyi, gara-gara munaqosyahnya Eva, aku jadi terngiang-terngiang satu kalimat yang membuatku mendapatkan pencerahan. Saking cerahnya sampai kepikiran terus.

Sebelum sampai hari ini, sebelumnya Wiwik sudah berkonsultasi pada kami (sohib Wiwik yang embuh) untuk mengisi sidang pada hari ini biar agar supaya sehingga maksimal. Di antaranya adalah mengenai apa saja yang akan Wiwik lakukan untuk mengisi kekosongan kalau-kalau ngeblank atau loading.

Salah satu usulan itu adalah agar Wiwik nangis aja ketika ditanya penguji dan bingung mau jawab apa. Ya daripada muter-muter lalu menimbulkan kegabutan kan ya mending nangis ajalah (pikir kami).

Usul lain yang datang adalah call mama, 50 50, dan tanya audiens. 

Tapi kami masih belum menemukan usul yang pas.
Setelah akhirnya berunding beberapa lama, akhirnya kami menemukan usulan yang pas.

"Gimana kalau atraksi lompat api aja Wik?" Usul kami kepada Wiwik diiringi dengan niat tulus nan hati yang bersih.

Comments

Popular posts from this blog

Tamu 9 Jam

Mereka telah tiba di depan kos putri berwarna hijau toska. Di depannya dihiasi pagar dengan warna senada. Bangunan itu masih terlihat berduka. Oman mematikan mesin motornya dan memandangi wajah kekasihnya, Lail, yang sudah turun lebih dulu. Ia sengaja hanya memakirkan motornya di depan gerbang kos karena harus segera pulang. Sebelum Lail masuk ke dalam kos, seperti biasa, Oman membekalinya dengan berbagai janji-janji manis yang berakhir membusuk. Tetapi meski pun demikian, Lail tetap sangat mencintainya. Sudah hampir sembilan bulan ini Lail sedang menjalani program magang menjadi budak cinta. “Makasih ya babs buat hari ini, buat sharing buku yang sangat mengesankan. Walau pun kamu pengangguran, rasa cintaku ke kamu tetap berhamburan hehe”. Rona pipi Lail mulai memerah seperti punggung Angling Dharma setelah dikerokin. “Ngomong apa sih kok kayak orang tolol?” balas Oman pada sang kekasih. Lail melangkahkan kakinya memasuki kos. Sementara Oman menyalakan motornya kemudian pu

Ras

Ada dua kemungkinan yang akan kita temui dalam hidup: negasi dan konfirmasi. Dari dua kemungkinan itu kita dapat memilih antara ya dan tidak, semisal menyenangkan dan tidak menyenangkan. Bertemu dengan orang baru merupakan hal yang menyenangkan, setidaknya begitulah kata seorang teman. Seorang teman yang lain pernah mengatakan juga bahwa bertemu dengan orang baru hanya akan menambah daftar orang yang akan membencinya. Tentu saja ini menjadi negasi dari hal yang menyenangkan ketika bertemu dengan orang baru. Dari pernyataan kedua temanku tadi, doaku ketika bertemu dengan orang baru tidak pernah berubah: “Ya Allah, semoga dia bukan orang selanjutnya yang akan aku benci hingga hari pembalasan”. Aku setuju pada salah satu dari pernyataan temanku tadi: bertemu dengan orang baru merupakan hal yang menyenangkan (tentunya ini akan terwujud apabila syarat-syaratnya telah dibayar lunas). Altman dan Taylor mengibaratkan manusia seperti bawang merah. Jika kita mengupas kulit terluar bawang, mak

Matahari yang Bangun Tidur Kesorean

Minggu, akhir pekan yang selalu dinanti-nanti oleh sebagian orang untuk merebahkan badan setelah melakukan rutinitas padat selama satu pekan. Tidak hanya orang-orang yang ingin beristirahat dari kesibukan, namun matahari di langit desaku pun juga. Matahari yang setiap hari menjadi perbincangan ibu-ibu, kini tak menampakkan teriknya sejak tadi pagi. Mungkin matahari lelah atau tadi malam bergadang panjang sehingga belum bangun dan malu untuk memperlihatkan diri. “Jam segini baru bangun??” tentunya matahari tak ingin mendapatkan pertanyaan itu dari ibu-ibu di desaku. Sejuk udara di hari Minggu ini, membuat adikku berulang kali mengatakan bahwa udaranya terasa sangat segar. “Mbak udaranya segar sekali ya” kalimat yang diucapkkan adikku sebagai pujian hari libur kali ini. Dia mengucapkan kalimat itu sekali lagi, lagi, dan lagi hingga rasanya aku ingin men-silent adikku. Namun kuurungkan niat itu mengingat memang begitulah ujian di bulan puasa. Aku duduk di halaman samping rumah