Skip to main content

Dear Mafrens...

Holla!

Seperti yang sudah aku tuliskan di halaman kata pengantar skripsiku, bahwa aku menuliskan sebagian ucapan terima kasih di halaman blogku ini. Di halaman ini akan memuat nama-nama sohibul sekalian yang aku anggap sebagai sahabat, teman, rekan yang sangat amat aku sayangi nan aku banggakan. Azik.

Memutuskan untuk menulis nama kalian di sini karena ku sadari...ii..ii akhirnya Kau tiada duanya..aa..a..aa..a hiks hiks. Mmm sampai mana tadi? Iya, karena kumenyadari bahwa aku bingung jika menulisnya di halaman skripsi :’( 

Walaupun jika tidak ditulis maka tidak apa-apa, tapi menurutku ini sangat penting untuk ditulis, karena eh karena yaaa karena kalian penting. Setidaknya tulisan ini sebagai saksi bahwa di balik proses lahirnya sebuah skripsi yang aku buat itu, terjadi sebuah hubungan antar manusia sebagai bentuk pengamalan nilai-nilai Pancasila utamanya sila ke-dua, serta pengamalan nilai-nilai Quran tentang hubungan antar sesama. Muehehe Pak Habiebie pasti bangga membaca tulisan ini.

.......intronya kepanjangan guys.........

Ok, inilah mereka:
1. Sohibulku dari Kontrakan ABC; Eva, Wiwik, dan Niken. Percayalah bahwa di antara bengong panjangku sebelum tidur itu, salah satunya karena memikirkan betapa inspiratifnyaaaaaa kalian. Aku mengingat semua kebaikan kalian, mulai dari yang masuk akal sampai yang terlalu out of the box wqwqwq. Terima kasih untuk pengalaman hidup yang sangat berharga.

2. Sohibul tempat berbagai asam, asam, asam, dan asamnya kehidupan, Aiq. Alangkah baiknya jika ucapan terima kasihku ini diiringi dengan pencangkokan otakmu di otakku agar supaya.

3. Sohibul Soloku yang Solo banget; Vira, Mba Galih, Cipud, dan Mba Nila. Terima kasih sudah membuat kuliahku di kelas KPI semakin warna-warni.

4. Sohib-sohib SMANTAMAku; Srikandi, Fety, Septi, Afif, Rury, Devin, Tiara, Dedew, Nana, Milsa, Inov, Dyah, Dedeh. Terima kasih atas semua semangat dan energi positif yang pernah disalurkan meskipun sekarang kita berjauhan huhuhu.

5. Sohib-sohib yang selalu kutemui dalam irisan yang sama; Mba Pipit, Atika, Dini, Dwi, Desta, Witra, dan Feri. Makasih udah selalu nanyain “kapan wisuda” dan “kapan pulang” wkwkwkwk. Kita berangkat dan dibesarkan dari lingkungan yang sama, kecil sama-sama, dan semoga selalu sama-sama sampai tua. Woaaaaaa.

6. Sohibul tempat membagikan uluran tanganku serta kebaikanku ini mihihihi; Amma, Pida, Lail, Deratna, dan Uri. Eh ngga deng, justru kalian yang sering mengulurkan kebaikan padaku. Tolong kalian langsung bilang sama-sama saja ya cause there are a lot of love from me to youh. (Nanti kalau mau beli antimo, ajak-ajak ya).

7. Keluarga tempat untuk mengecas ruhiyah (azik) dan tempat berkonseling secara cuma-cuma; Kak Hartati, Mba Dias, Mba Desi, Mba Ika, dan juga Nika. Aku harap sih kita sering ketemu heuheuehu

8. Sahabat dan keluarga keduaku di Sragen, i love you all :”)

9. Terakhir dan tidak kalah pentingnya, untuk adik-adik sepupuku; Dek Ratih, Dek Murni, Dek Riski. Terima kasih banyak karena kalian selalu ada dan selalu menjadi keluarga serta sahabat yang baiiiiiik, sehingga aku bisa sekuat ini. 

Aku sangat bersyukur bisa mengenal kalian..

Comments

Popular posts from this blog

Tamu 9 Jam

Mereka telah tiba di depan kos putri berwarna hijau toska. Di depannya dihiasi pagar dengan warna senada. Bangunan itu masih terlihat berduka. Oman mematikan mesin motornya dan memandangi wajah kekasihnya, Lail, yang sudah turun lebih dulu. Ia sengaja hanya memakirkan motornya di depan gerbang kos karena harus segera pulang. Sebelum Lail masuk ke dalam kos, seperti biasa, Oman membekalinya dengan berbagai janji-janji manis yang berakhir membusuk. Tetapi meski pun demikian, Lail tetap sangat mencintainya. Sudah hampir sembilan bulan ini Lail sedang menjalani program magang menjadi budak cinta. “Makasih ya babs buat hari ini, buat sharing buku yang sangat mengesankan. Walau pun kamu pengangguran, rasa cintaku ke kamu tetap berhamburan hehe”. Rona pipi Lail mulai memerah seperti punggung Angling Dharma setelah dikerokin. “Ngomong apa sih kok kayak orang tolol?” balas Oman pada sang kekasih. Lail melangkahkan kakinya memasuki kos. Sementara Oman menyalakan motornya kemudian pu

Ras

Ada dua kemungkinan yang akan kita temui dalam hidup: negasi dan konfirmasi. Dari dua kemungkinan itu kita dapat memilih antara ya dan tidak, semisal menyenangkan dan tidak menyenangkan. Bertemu dengan orang baru merupakan hal yang menyenangkan, setidaknya begitulah kata seorang teman. Seorang teman yang lain pernah mengatakan juga bahwa bertemu dengan orang baru hanya akan menambah daftar orang yang akan membencinya. Tentu saja ini menjadi negasi dari hal yang menyenangkan ketika bertemu dengan orang baru. Dari pernyataan kedua temanku tadi, doaku ketika bertemu dengan orang baru tidak pernah berubah: “Ya Allah, semoga dia bukan orang selanjutnya yang akan aku benci hingga hari pembalasan”. Aku setuju pada salah satu dari pernyataan temanku tadi: bertemu dengan orang baru merupakan hal yang menyenangkan (tentunya ini akan terwujud apabila syarat-syaratnya telah dibayar lunas). Altman dan Taylor mengibaratkan manusia seperti bawang merah. Jika kita mengupas kulit terluar bawang, mak

Matahari yang Bangun Tidur Kesorean

Minggu, akhir pekan yang selalu dinanti-nanti oleh sebagian orang untuk merebahkan badan setelah melakukan rutinitas padat selama satu pekan. Tidak hanya orang-orang yang ingin beristirahat dari kesibukan, namun matahari di langit desaku pun juga. Matahari yang setiap hari menjadi perbincangan ibu-ibu, kini tak menampakkan teriknya sejak tadi pagi. Mungkin matahari lelah atau tadi malam bergadang panjang sehingga belum bangun dan malu untuk memperlihatkan diri. “Jam segini baru bangun??” tentunya matahari tak ingin mendapatkan pertanyaan itu dari ibu-ibu di desaku. Sejuk udara di hari Minggu ini, membuat adikku berulang kali mengatakan bahwa udaranya terasa sangat segar. “Mbak udaranya segar sekali ya” kalimat yang diucapkkan adikku sebagai pujian hari libur kali ini. Dia mengucapkan kalimat itu sekali lagi, lagi, dan lagi hingga rasanya aku ingin men-silent adikku. Namun kuurungkan niat itu mengingat memang begitulah ujian di bulan puasa. Aku duduk di halaman samping rumah